Sabtu, 28 Mei 2016

Mengenal Sejarah Purbalingga

Sejarah Berdirinya Kabupaten Purbalingga


Ada satu tokoh pada masa dahulu kala sebelum berdirinya kadipaten purbalingga yaitu Ki Arsantaka. Ki Arsantaka dipercaya sebagai penggagas berdirinya Kabupaten Purbalingga, sekaligus melahirkan bupati-bupati Purbalingga sehingga tetap bertahan dan terus membangun kemajuan purbalingga sampai saat ini. 
Siapa itu Ki Arsantaka. Ki Arsantaka adalah putra dari Bupati Onje II. Saat dewasa, dia berkelana ke arah timur dan menghentikan perantauannya di Desa Masaran atau yang sekarang kita kenal sebagai Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara. Disinilah Ki Arsantaka diambil anak angkat oleh Ki Wanakusuma yang masih anak keturunan Ki Ageng Giring dari Mataram.
Pada tahun 1740 – 1760, Ki Arsantaka diangkat menjadi Demang Pagendolan yang masih berada dibawah Pemerintahan Karanglewas. Seperti kita ketahui bersama, Karanglewas saat ini menjadi bagian dari Kecamatan Kutasari Purbalingga. Saat itu, karanglewas dipimpin oleh Tumenggung Dipayuda I.
Banyak riwayat yang menceritakan tentang heroisme dari Ki Arsantaka antara lain ketika terjadi perang jenar, yang merupakan bagian dari perang Mangkubumen, yakni sebuah peperangan antara Pangeran Mangkubumi dengan kakaknya Paku Buwono II. Dikarenakan Pangeran Mangkubumi tidak puas terhadap sikap kakanya yang lemah terhadap Kompeni Belanda. Dalam perang jenar ini, Ki Arsantaka berada didalam pasukan Kadipaten Banyumas yang membela Paku Buwono.
Dikarenakan jasa dari Ki Arsantaka kepada Kadipaten Banyumas pada Perang Jenar, maka Adipati Banyumas R. Tumenggung Yudanegara mengangkat putra Ki Arsantaka yang bernama Ki Arsayuda menjadi menantu. Seiring dengan berjalannya waktu, maka putra Ki Arsantaka yakni Ki Arsayuda menjadi Tumenggung Karanglewas dan bergelar Raden Tumenggung Dipayuda III.
Pada masa pemerintahan Ki Arsayuda dan atas saran dari ayahnya yakni Ki Arsantaka yang bertindak sebagai penasihat, maka pusat pemerintahan dipindah dariKaranglewas ke Desa Purbalingga yang diikuti dengan pembangunan pendapa kabupaten dan alun-alun.
Nama Purbalingga ini bisa kita dapati didalam kisah-kisah babad. Adapun kitab babad yang berkaitan dan menyebut Purbalingga diantaranya adalah Babad Onje, Babad Purbalingga, Babad Banyumas dan Babad Jambukarang. Selain dengan empat buah kitab babat tersebut, rekonstruksi sejarah Purbalingga, juga dilakukan dengan melihat arsip-arsip peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang tersimpan dalam koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia.
Menurut sejarahnya, Purbalingga ternyata pernah menduduki peranan penting pada masa kejayaan kerajaan tempo dulu. Nama Purbalingga erat dengan kisah kejayaan kerajaan Majapahit, Demak, Pajang, dan Mataram. Kelima kerajaan itu secara bergantian pernah menguasai Purbalingga sebagai wilayah dudukan.
Hal ini dibuktikan dengan kentalnya pengaruh kebudayaan pada masa itu terhadap sistem kebudayaan masyarakat purbalingga. Pengaruh tersebut masih dapat dijumpai hingga sekarang. Ada yang berwujud peninggalan benda purbakala (artefak), berupa seni tradisi, sistem religi (upacara adat), dan sebagainya.
Bukti-bukti lain yang berwujud dokumen literer, diantaranya berupa serat atau sastra babad. Sastra babad masuk dalam genre sastra sejarah yang berkembang di Jawa, Bali, Madura, dan Lombok. Di Sumatera, Kalimantan dan Malaysia disebut dengan istilah hikayat, dan silsilah. Atau Tambo di Padang dan Lontara di Sulawesi Selatan.

Sejarah purbalingga terdokumentasi dalam 4 (empat) babad berbeda.
Pertama,Babad Onje milik S Warnoto - dulu menjabat carik atau Sekdes Onje, Kecamatan Mrebet- Purbalingga.Kedua,Babad Purbalingga, koleksi perpustakaan Museum Sonobudaya Yogyakarta.Ketiga,Babad Jambukarang yang diterbitkan Soemodidjojo Mahadewa Yogyakarta Tahun 1953.
Keempat,adalah Babad Banyumas yang tersimpan di Museum Sonobudaya Yogyakarta.Berdasarkan bukti literer itulah kemudian sejarah Kabupaten Purbalingga direkontruksi. Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Gajah Mada (UGM) yang ditunjuk Pemkab Purbalingga untuk melakukan penelitian, membandingkan kata ke-empat babad itu dengan arsip peninggalan Pemerintah Hindia Belanda yang disimpan dalam koleksi Arsip Nasional RI.
Hasilnya disimpulkan (disepakati) bahwa hari jadi purbalingga jatuh pada tanggal 18 Desember 1830.Hari jadi Kabupaten Purbalingga telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) No. 15 Tahun 1996, tanggal 19 November 1996 yang jatuh pada tanggal 18 Desember 1830 atau 3 Rajab 1246 Hijriah Atau 3 Rajab 1758 Je.
Selanjutnya hari jadi itu diberi candrasengkala "Anggelar Pakarti Sumujuding Hyang Wisesa (1758) dan Suryasengkala "Sireping Rananggana Hangesti Praja (1830). (*)
*Dirangkum dari buku sejarah lahirnya Kabupaten Purbalingga (Kerjasama Pemda Kab Dati IIPurbalingga dengan LPM UGM / 1997) dan Buku Kilas Sejarah Purbalingga (Tri Atmo / 2008)

di Purbalingga terdapat berbagai peninggalan sejarah purbakala. Benda- benda purbakala tersebut tersebar di wilayah Purbalingga, antara lain :

  • Batu Lingga
    Berada di desa Candinata Kecamatan Kutasari + 8 km dari kota Purbalingga, merupakan penginggalan nenek moyang.
  • Gua Genteng
    Berada di desa Candinata Kecamatan Kutasari + 8 km dari kota Purbalingga. Gua ini letaknya di lereng bukit terbentuk dari lelehan lava yang membeku, gua ini kadang-kadang dikunjungi oleh orang-orang yang ingin bersemedi.

  • Gombangan
  • Berada di Dukuh Brubahan Desa Kajongan, Kecamatan Bojongsari + 5 km ke utara dari arah kota purbalingga. Merupakan tempat mandi yang berupa sumber mata air dan ramai dikunjungi pada malam hari, terutama pada malam jum?at kliwon. Menurut kepercayaan masyarakat, mata air tersebut dapat memberikan tuah bagi yang mandi ditempat ini dan konon awet muda, dapat mendapatkan jodoh dan naik derajat.

  • Sendang / Petirtaan
    Berada di desa Semingkir, Kecamatan Kutasari + 7 km dari kota Purbalingga. Sendang ini konon dapat memberikan tuah bagi yang mempercayainya. Di kunjungi pada malam malam tertentu.6. MAKAM KYAI WILAH Berada di desa Karangsari kecamatan Kalimanah + 5 km dari kota Purbalingga. Merupakan tokoh beragama islam yang cukup berpengaruh. Tempat ini sering dikunjungi orang-orang yang ingin mendoakan dan mengharap berkah dan dilakukan pada waktu-waktu tertentu.

  • Batu Lingga, Yoni dan Palus
    Berada di Desa Kedungbenda Kecamatan Kemangkon + 14 km dari kota Purbalingga. Merupakan peninggalan pada masa hindu.

  • Makam Narasoma
    Berada di kelurahan Purbalingga Lor kecamatan Purbalingga9. ARDI LAWET Berada di Desa Panusupan Kecamatan Rembang + 30 km dari kota Purbalingga. Merupakan obyek wisata ziarah, karena sebagian besar pengunjungnya adalah para peziarah yang menginginkan berkah dari syekh Jambu Karang, seorang tokoh penyebar agama Islam di daerah Kab. Purbalingga. Di tempat ini terdapat kuku dan rambut Syekh Jambu Karang yang dikeramatkan. Hari-hari ramai adalah Rabu Pon, karena menjelang malam Jum?at kliwon atau Kamis Wage diadakan upacara buku klambu dan yang paling ramai dikunjungi adalah Rabu Pon Bulan Suro. Untuk mencapai lokasi ke Ardi Lawet dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu : Purbalingga – Bobotsari – Karanganyar – Karangmoncol – Rajawana – Panusupan – Ardi Lawet, atau Purbalingga – Kaligondang – Pengadegan – Rembang – Rajawana – Panusupan – Ardilawet

Giri Cendana
Berada di desa Kojongan kecamatan Bojongsari + 5 km dari kota Purbalingga. Merupakan makam Bupati Purbalingga yang bergelar Adipati Dipokusumo, Adipati Dipokusumo ini memegang tapuk pimpinan pemerintahan Kabupaten Purbalingga, yaitu Dipokusumo II,III, IV, V dan VI, sedangkan adipati yang pertama adalah Raden Tumenggung Dipayuda III, yang mulai memerintah pada saat ditetapkannya KabupatenPurbalingga pada tanggal 18 Desember 1830.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar